BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf Sunni (moderat)
yaitu tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-qur’an dan Sunnah, terikat,
bersumber, tidak keluar dari batasan-batasan keduanya, mengontrol prilaku,
lintasan hati serta pengetahuan dengan neraca keduanya.
Pada abad kelima
hijriyah aliran taswuf moderat atau yang biasa yang dikenal dengan sunni terus
tumbuh dan berkembang, sedangkan aliran yang kedua (semi-filosofis) rnulai
tenggelam. Hal itu disebahkan oleh berjayanya aliran Ahli sunnah WalJama’ah. yang
mana tesawuf pada era ini cenderung mengadakan pembaharuan dengan
mengembalikannya ke landasan al-q’uran dan sunnah.
Beberapa tokoh Tasawuf
Moderat yang akan kami jabarkan dibawah ini : Junaid al-bustami, al-Qusyairi,
al-Sarraj, dan al-Ghazali.
Sedangkan Tasawuf
falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan
visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya, yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah
mempengaruhi para tokohnya. Dan tokoh Tasawuf Falsafi yaitu, Ibnu arabi, Abdul
karim al-jili, al-suhrawardi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tasawuf
moderat itu ?
2. Apa pengertian tasawuf
filasafi itu ?
C. Tujuan
Mengetahui pemikiran
para penganut tasawuf Moderat dan tasawuf Falsafi
Ajaran-ajaran yang digunakan untuk mengenalkan tasawuf kepada masyarakat umum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tasawuf Moderat
Tasawuf sunny (moderat)
adalah tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-qur’an dan Sunnah, Terikat,
Bersumber, tidak keluar dari batasan-bartasan keduanya, mengotrol perilaku
lintasan hati serta pengetahuan dengan neraca keduanya.
Sebagaimana ungkapan Abu
Qosim Junaidi al-Bagdadi: “Mazhab kami ini (Tasawuf) terikat dengan dasar-dasar
Al-qur’an dan Sunnah”, dalam ungkapanya yang lain: “Barang siapa yang tidak
hafal (memahami) Al-qur’an dan tidak menulis (memahami) Hadits maka orang itu
tidak bisa dijadikan qudwah dalam perkara (tarbiyah tasawuf) ini, karena ilmu
kita ini terikat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”.
Tasawuf ini diperankan
oleh kaum sufi yang mu’tadil (moderat) dalam pendapat-pendatnya, mereka
mengikat antara tasawuf mereka dan Al-qur’an serta Sunnah dengan bentuk yang
jelas. Boleh dinilai bahwa mereka adalah orang-orang yang senantiasa menimbang
tasawuf mereka dengan neraca Syari’ah .
Tokoh – Tokoh Tasawuf
Moderat :
A.
Junaid Al-Baghdadi
Nama lengkapnya adalah
Abu al-Qasim al-Junaidi bin Muhammad al-Kazza al-nihawandi. Dia lahir dan
tumbuh di Irak. Dia meninggal di Baghdad
pada tahun 207/910 M. Beliau adalah putra pedagang barang pecaah belah dan
keponakan Surri al-Saqti yang sekaligus sebagai gurunya. Surri al-Saqti
memberikan amanat kepada Junaid al-Baghdadi untuk tampil dimuka umum.
Dia adalah seorang yang
sangat faqih, sering memberi fatwa sesuai apa yang dianutnya, madzhab abu sauri,
serta teman akrab Imam Syafi’i. Beliau juga seorang sufi yang mempunyai wawasan
yang luas terhadap ajaran tasawuf, mampu membahas secara mendalam khusus
tentang paham tauhid dan fana’.
Pendapat-pendapatnya
dalam masalah ini banyak diriwayatkan dalam kitab-kitab biografi para sufi
antara lain, yang diriwayatkan oleh al-Qusyairi : “Orang-orang yang mengesakan
Allah adalah mereka yang merealisasikan keesaan-Nya dalam arti sempurna,
meyakini bahwa Dia adalah Yang Maha Esa, dia tidak beranak dan diperanakkan.”
Disini memberikan pengertian tauhid yang hakiki. Menurutnya, adalah buah dari
fana’ terhadap semua yang selain Allah. Dalam hal ini dia menegaskan Al-Junaid
juga menandaskan bahwa tasawuf berarti “Allah akan menyebabkan mati dari dirimu
sendiri dan hidup di dalam-Nya.” Junaid al-Baghdadi menganggap bahwa tasawuf
merupakan penyucian dan perjuangan kejiwaan yang tidak ada habis-habisnya.
B.
Al-Qusyairi
Nama lenkapnya adalah
Abdul Karim Al-Qusyairi an-Naisabury. Beliau lahir di Astawa pada bulan Rabiul
Awal tahun 376 H atau 986 M. Beliau berguru pada mertuanya, dan para ulama
diantaranya, beliau belajar fiqih dari Abu Abdurrahman Muhammad ibnu al-Husain
dan belajar ilmu kalam dari Abu Bakar Muhammad ibnu al-Husain ulama yang ahli
ushul fiqih. Dan juga ilmu Ushuluddin pada Abu Ishaq Ibrahim ibnu Muhammad.
Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke dalam landasan Ahlusunnah Wal
Jama’ah juga penentang keras doktrin-doktrin ajaran mu’tazilah, Karamiyah,
Mujassamah dan Syi’ah.
Al-Qusyairy juga
mengkritik kebiasaan para sufi pada masanya yang selalu mengenakan pakaian
layaknya orang miskin. Ia menekankan kesehatan batin dengan perpegang pada
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Hal ini lebih disukainya daripada penampilan
lahiriah yang memberi kesan zuhud, tapi hatinya tidak demikian. (lihat, Dr. Abu
al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ilaa al-Tasawwuf al-Islam, cetakan
ke-IV. Terbitan
Dar al-Tsaqofah li an-Nasyr wa al-Tauzi, Kairo, 1983)
Dari
sini dapat dipahami, Al-Qusyairy tidak mengharamkan kesenangan dunia, selama
hal itu tidak memalingkan manusia dari mengingat Allah. Beliau tidak sependapat
dengan para sufi yang mengharamkan sesuatu yang sebenarnya tidak diharamkan
agama. Karena itu Al-Qusyairy menyatakan, penulisan karya monumentalnya
Risalatul Qusyairiyah, termotinasi karena dirinya merasa sedih melihat
persoalan yang menimpah dunia Tasawwuf. Namun dia tidak bermaksud
menjelek-jelekkan seorang pun para sufi ketika itu.
Al-Qusyairi
tutup usia di Naisabur pada pagi Hari ahad tanggal 16 Rabiul Awal 465H/1073 M,
dalam usia 87 tahun.
C.
Al-Sarraj
D.
Al-Ghazali
Nama lengkapnya
Zainuddin Hujjatul-Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, dilahirkan
di Tous (Khurasan). Al-Ghazali dikenal luas sebagai peletak pilar ilmu Tasawuf
Islam, dan berhasil menempatkan disiplin ilmu Tasawuf sejajar dengan ilmu-ilmu
keislaman lainnya. Al-Ghazali juga dikenal sebagai Faqih (ahli hukum),
Mutakallim (ahli teologi), Filosof (ahli filsafat), di samping juga memiliki
pengetahuan yang bersifat ensiklopedik. Tidak dapat dipungkiri, tokoh ini
sangat produktif dalam menghasilkan tulisan. Dalam bidang filsafat bukunya yang
sangat kritis terhadap para difilosof berjudul “Tahafut al-Falasifah”
(kerancuan para filosof). Karya spektakulernya adalah Ihya Ulumuddin
(kebangkitan ilmu-ilmu agama). Tulisan ini dapat dikategorikan sebagai pedoman
bagi mereka yang ingin mengetahui Tasawuf dan Eika Islam. Karya ini ditulis
seusai masa pengembaraan dalam mencari kebenaran, dan dengan proses penelusuran
yang teliti, serta penguasaan begitu banyak disiplin ilmu Islam.
Karena al-Ghozali
begitu mendalam dalam menitikberatkan nilai spiritual Tasawuf Islam, dan
mengkritisi kaum filosof, maka tidak ada anggapan yang menilai bahwa al-Ghozali
sebagai penghambat utama munculnya filosof Islam dan pemikiran rasional di
kalangan umat Islam. Bahka satu hal yang tidak dapat disangkal bahwa kehadiran
al-Ghozali dalam pentas pemikiran Islam telah mempengaruhi peta pemikiran dunia
Islam. Dalam hal ini al-Ghozali telah berhasil memantapkan disiplin ilmu tasawuf
beserta dan perkembangannya dalam dunia Islam.
Dari aspek
teologi al-Ghozali menganut aliran sunni Asyariyah, yang didirikan oelh Abu
al-Hasan al-Asy’ari; dalam sisi hukum menganut mazhab Syafi’i yang didirikan
oleh pendirinya Abu Idris al-Syafi’i dan dalam tasawuf al-Ghazali memilih
tasawuf sunni yang beraliran moderat yang dirintis oleh sufi-sufi kenamaan
seperti al-Harits al-Muhasiby, Abu al-Qasim al-Junaid, Abu Thalib alp-Makki,
al-Qusyairi.
Akhirnya berkat
kepiawaian al-Ghozali dalam memaparkan disiplin ilmu tasawuf dalam kaitannya
dengan ajaran Islam, maka tokoh-tokoh tasawuf lainnya mulai dapat diterima oleh
para fuqaha (ahli hukum) yang selama ini mencurigai gerak dan sikap para sufi.
Bahkan lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa maraknya kelahiran tokoh-tokoh
Tariqah (tarekat) seperti Sheikh Abdul Qadir al-Jailani, Abdul Hasan
al-Shazili, Ahmad al-Badawi, tidak terlepas dari pengaruh pandangan-pandangan
tasawuf al-Ghazali.
B.
Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi
adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (ma’rifat) dengan
pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ketinggkat yang lebih tinggi, bukan
hanya mengenal Tuhan saja (ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu
yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Bisa juga dikatakan tasawuf filsafi
yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang
ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional.Tasawuf ini
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya, yang berasal dari
berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.
Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya menonjol kepada
segi teoritis (النطري ) sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih
mengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit
diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan
bisa dikatakan mustahil. Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada
sesuatupun yang wujud kecuali Allah, sehingga manusia dan alam semesta,
semuanya adalah Allah.. Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan
makhluknya. Tokoh-tokoh yang menganut paham tasawuf falsafi ini diantaranya,
Ibnu Arabi, Abdul Karim al-Jili, al-Surahwardi.
Tokoh-tokoh Tasawuf Falsafi :
A.
Ibnu Arabi
Nama lengkapnya
adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath-Tha’I Al-Haitami. Lahir di
mercia, Andalusia Tenggara, spanyol, tahun 560 H. Di Seville(Spanyol), ia
mempelajari Al-Qur’an, hadis, serta fiqh pada sejumlah murid seorang faqih
Andalusia terkenal, yaitu Ibn Hazm Azh-Zhahiri.
Usia 30 tahun, ia
mulai berkelana ke berbagai kawasan Andalusia
dan kawasan islam di bagian barat, di antara deretan guru-gurunya adalah Abu
Madyan Al-Ghauts At-Thalimsari dan Yasmin Musyaniyah.
Di antara karya monumentalnya adalah
Al-Futuhat Al-Makiyyah yang ditulis pada tahun 1201 pada saat menaikkan ibadah
haji. Karya lainnya adalah Masyahid Al-Asrar, Mathali Al-Anwar AL-Illahiyah
al-Isra ila Maqam Al-Atsana.
Ibn Arabi menggunakan
bentuk pola akal yang bertingkat-tingkat, seperti; akal pertama, kedua, ketiga
dan sampai akal kesepuluh.
·
Wahdatul-wujud
Wujud semua yang ada hanya satu
dan wujud mahluk pada hakekatnya adalah wujud khaliq.Tidak ada perbedaan dari
segi hakekat,kalaupun ada perbedaan hal itu dilihat dari sudut pandang
pancaindra lahir dan akal yang terbatas kemampuannya dalam menangkap hakekat
apa yang ada pada zat-nya dari kesatuan dzatiyah yang segala sesuatunya
berhimpun padanya.
·
Wahdatul-adyan
Konsep wahdatul adyan adalah
kesamaan agama,al-arabi memandang bahwa sumber agama adalah satu,karakteristik
dari tasawuf ini adalah lebih mengedepankan akal dari pada al-qur’an dan
as-sunnah.
·
Haqiqah
Muhammadiyah
Menurut Ibn Arabi,
Tuhan adalah pencipta alam semesta. Adapun proses penciptaannya adalah sebagai
berikut:
a. Tajjalii Dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabitah,
b.
Tanazul Dzat Tuhan dari
alam ma’ani ke alam (ta’ayyunat) realitas-realitas rohaniah, yaitu alam
arwah yang mujarrad.
c. Tanazul pada
realitas-realitas nafsiyah, yaitu alam nafsiyah berpikir.
d.
Tanazul Tuhan dalam bentuk
ide materi yang bukan misteri, yaitu alam misal(ide) atau khayal.
e. Alam materi, yaitu alam indrawi.
Ibn Arabi
menjelaskan pula bahwa terjadinya alam ini tidak dapat dipisahkan dari ajaran
hakikat Muhammadiyah atau Nur Muhammad. Menurutnya tahapan-tahapan proses
penciptaan alam dan hubungannya dengan kedua ajaran tersebut dapat di jelaskan
sebagai berikut:
a. Wujud
Tuhan sebagai wujud mutlak, yaitu dzat yang mandiri dan tidak berhajat pada
sesuatu apapun.
b. Wujud
hakikat Muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan) pertama dari wujud Tuhan ,
lalu muncul semua yang wujud dengan proses tahapan-tahapannya.
Dengan demikian ibn
arabi menolak ajaran yang mengatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari
tiada (cretio ex nihilio). Ia mengatakan bahwa Nur Muhammad itu qadim dan merupakan sumber imajinasi
dengan berbagai kesempurnaan ilmiah dan amaliah yang terealisasikan pada diri
para nabi semenjak adam sampai Muhammad dan
terealisasikan dari Muhammad pada diri para pengikutnya, kalangan para wali,
dan insan kamil (manusia
sempurna). Kadang-kadang ia menyebut hakikat Muhammadiyah dengan Quthb dan terkadang dengan ruh Al-Khatam
B.
Abdul Karim al-Jili
Nama lengkapnya
adalah abdul karim bin Ibrahim Al Jilli. Lahir pada tahun 1365 M, di jillan
(Gilan) wafat pada tahun 1417 M. ia adalah seorang sufi terkenal dari Baghdad. Riwayat hidupnya
tidak banyak diketahui oleh para ahli sejarah. Tetapi sebuah sumber mengatakan
bahwa ia pernah melakukan perjalanan ke india tahin 1378 M. lalu belajar
tasawuf di bawah bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani. Di samping itu, berguru pula
pada Syeh Syarif Isma’il Bin Ibrahim Al-Zabarti
di Zabid (Yaman) tahun1393-1403 M.
Adapun
ajaran-ajaran tasawufnya adalah sebagai berikut:
a. Insan kamil
Ajaran tasawuf yang
terpentingnya adalah paham insan kamil (manusia sempurna). Menurutnya, insane
kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan, seperti yang disebutkan dalam hadis yang
artinya:
“Alllah
menciptakan adam dalam bentuk yang Maha Rahman.”
Al-Jilli
berpendapat bahwa nama dan sifat Ilahiah pada dasarnya merupakan milik insane
kamil sebagai suatu kemestian yang inheren dengan esensinya. Lebih lanjut al-jilli mengemukakan
bahwa perumpamaan hubungan Tuhan dengan insane kamil bagaikan cermin. Insane
kamil tidak dapat melihat dirinya, kecuali dengan cermin nama Tuhan,
sebagaimana Tuhan tidak dapat melihat diri-Nya, kecuali melalui cermin insane
kamil.
Kemudian al-jilli
berkata bahwa duplikasi al-kamal (kesempurnaan)pada dasarnya dimiliki oleh
semua manusia. Intensitas al-kamal yang paling tinggi terdapat dalam diri Nabi
Muhammad SAW. Manusia lain,
baik nabi ataupun wali bila dibandingkan dengan nabi Muhammad bagaikan
al-kamil(yang sempurna) dengan al-akmal(yang paling sempurna) atau
al-fadil(yang utama) dengan al-afdhal(yang paling utama).
Menurut Al-berry,
konsep insan kamil al-jilli dekat dengan konsep al-hulul al-hallaj dan knsep
ittihad ibn arabi, yaitu integrasi sifat lahut dan nasut dalam suatu pribadi
sebagai pancaran dari Nur Muhammad.
b. Maqamat (Al-Martabah)
Berhubungan dengan
insan kamil, Al-Jilli merumuskan beberapa maqam yang harus di lalui seorang
sufi. Dalam istilahnya, maqam itu disebut Al-Martabah (jenjang/tingkatan), di
antaranya adalah :
a. Islam
Islam yang
didasarkan pada lima
rukun dalam pemahaman kaum sufi tidak hanya dilakukan secara ritual, tetapi
harus dipahami dan dirasakan lebih dalam. Misalnya puasa, menurutnya puasa
merupakan isyarat untuk menghindari tuntutan jemanusiaan agar orang yang
berpuasa memiliki sifat-sifat ketuhanan, yaitu dengan cara mengosongkan jiwanya
dari tuntutan-tuntutan kemanusiaan dan mengisinya dengan sifat-sifat ketuhanan.
b. Iman
Yakni membenarkan
dengan sepenuh keyakinan akan rukun iman dan melaksanakan dasar-dasar islam.
Iman merupakan tangga pertama untuk mengungkap tabir alam ghaib dan alat yang
membantu seseorang mencapai maqam yang lebih tinggi.
c. Ash-shalah
Pada tingkatan ini,
sorang sufi mencapai tingkatan ibadah yang terus-menerus kepada Allah dengan
perasaan khauf dan raja. Bertujuan untuk mencapai nuqtah ilaihah pada lubuk
hati sehingga sehingga menaati syariat dengan baik.
d. Ihsan
Menunjukan bahwa
seorang sufi mencapai tingkat menyaksikan efek (atsar) nama dari sifat Tuhan,
sehingga dalam ibadahnya merasa seakan-akan berada di hadapan-Nya.dengan
syarat-syarat harus bersikap istiqamah dalam tobat, inabah, zuhud, tawakal,
tafwidh, rida, dan ikhlas.
e. Syahadah
Pada tingkatan ini,
seorang sufi iradah yang bercirikan mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih. Mengungat-Nya terus-menerus,
dan meninggalkan hal-hal yang menjadi keinginan pribadi.
f. Shiddiqiyah
Istilah ini
menggambarkan mencapai tingkat hakikat ma’rifat yang diperoleh secara bertahap dari ilmu
al-yaqin, ‘ain al-yaqin, dan haqq al-yaqin. Jadi, menurutnya seorang sufi yang
telah mencapai derajat shiddiq mampu menyaksikan hal-hal yang ghaib kemudian
melihat rahasia-rahasia Tuhan sehingga mengetahui hakikat-Nya. Setelah
mengalami fana ia memperoleh baqa ilaih. Inilah batas pencapaian ilmu al-yaqin
Selanjutnya ,
ketikapenampakan sifat-sifat terjadi, maka akan diperoleh ma’rifat dzat dari
segi sifat. Hal
ini berlangsung terus hingga mencapai ma’rifat dzat dengan dzat. Namun, karena
tidak merasa puas dengan ma’rifat dzat dengan dzat, ia mencoba melepaskan
sifat-sifat rububiyah sehingga pada akhirnya terhiasi dengan sifat-sifat dan
nama Tuhan. Tingkat semacam inilah
yang dinamakn haqq al-yaqin.
g. Qurbah
Merupakan maqam
yang memungkinkan seorang sufi dapat menampakan diri dalam sifat dan nama yang
mendekati sifat dan nama Tuhan.
Demikianlah maqomat
menurut pandangan al-jili. Dia berpandangan bahwa mengetahui dzat yang maha
tinggi itu secara kasyf ilahi, yaitu kamu dihadapan-Nya dan
Dia di hadapanmu tanpa hulul dan ittihad. Sebab hamba adalah hamba dan Tuhan
adalah Tuhan, tidak bisa disamakan. Oleh karenanya hamba tidak mungkin jadi
Tuhan dan tidak mungkin pula sebaliknya.
C.
Al-Surahwardi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Tasawuf sunny (moderat)
adalah tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-qur’an dan Sunnah, Terikat,
Bersumber, tidak keluar dari batasan-bartasan keduanya, mengotrol perilaku
lintasan hati serta pengetahuan dengan neraca keduanya.
Tasawuf
Falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan
visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam
pengungkapannya, yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah
mempengaruhi para tokohnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar