PEMBAHASAN
Proses
Perkembangan Pola Pikir Manusia
Adanya perkembangan
pola pikir manusia dimulai dari zaman Babylonia ( kurang lebih 650 SM ) dimana
orang percaya kepada mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintangan, bahkan
percaya adanya banyak dewa. Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara
antara lain :
1.
Prasangka
2.
Intuisi
3.
Trial and error
Pengetahuan pada manusia yang diperoleh
melalui cara ini banyak sekali, yaitu sejak zaman manusia purba sampai
sekarang. Banyak pula penemuan hasil coba-coba sangat bermanfaat bagi manusia,
misalnya: ditemukannya redaman kulit kina untuk obat penyakit malaria. Penemuan
dengan cara coba-coba ini jelas sangat tidak efisien untuk cara menemukan suatu
kebenaran. [1]
Perkembangan pola pikir manusia ini dari zaman ke
zaman terus berubah bahkan bertambah, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,
di antaranya :
A. Rasa ingin Tahu
Add caption |
Rasa ingin tahu itu terus
berkembang dan seolah – olah tanpa batas
yang meliputi kebutuhan – kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari – hari
seperti bercocok tanam atau membuat panah atau lembing yang lebih efektif untuk
berburu.[2]
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya. Kegiatan yang dilakukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya. Sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan lain yang dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang memuaskan. Manusia tak akan pernah berhenti ataupun puas jika belum memperoleh jawaban mengenai apa yang diamatinya.
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya. Kegiatan yang dilakukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya. Sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan lain yang dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang memuaskan. Manusia tak akan pernah berhenti ataupun puas jika belum memperoleh jawaban mengenai apa yang diamatinya.
Kemampuan berpikir manusia menyebabkan
rasa ingin tahunya selalu berkembang. Dengan kemampuannya mengingat dan
berpikir, manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan
kemudian menggabungkan dengan pengetahuannya yang diperoleh hingga menghasilkan
pengetahuan yang baru. [3]
B.
MITOS
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh "Mengapa gunung meletus?", karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: "Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah". Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama munculah anggapan adanya "Yang kuasa didalam suatu benda" seperti di dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos.
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh "Mengapa gunung meletus?", karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: "Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah". Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama munculah anggapan adanya "Yang kuasa didalam suatu benda" seperti di dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos.
Mitos
itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia
misalnya:
1.
Alat Penglihatan
Banyak benda-benda
yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Demikian juga
jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka mata tak mampu melihatnya.
2.
Alat Pendengaran
Pendengaran
manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000
perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
3.
Alat Pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang
dicecap maupun diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis masa yaitu rasa
manis,asam ,asin dan pahit. Bau seperti farfum dan bau-bauan yang lain dapat
dikenal oleh hidung kita. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda
dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.
4.
Alat Perasa
Alat
perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat
relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat indera tersebut di atas
sangat berbeda-beda, di antara manusia: ada yang sangat tajam penglihatannya,
ada yang tidak. Demikian juga ada yang tajam penciumannya ada yang lemah.
Akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi,
salah tafsir dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan
alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat
tersbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang
dicipatakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan
berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu
dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena: Keterbatasan pengetahuan
yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan
alat.[4]
Terdapat
7 sumber kekuatan yang mempengaruhi proses berpikir manusia:
1.
Orang Tua, Dari orang
tua lah kita belajar tentang kata-kata, gerakan tubuh, perilaku, norma,
keyakinan agama, prinsip, dan nilai-nilai luhur. Orang Tua adalah tutor atau
guru kita yang pertama di dunia, merekalah yang membentuk pola pikir kita untuk
yang pertama kalinya.
2. Keluarga, Setelah orang
tua kita akan dikenalkan dengan dunia lain yaitu keluarga, dari merekalah kita
akan menangkap informasi dan pola pikir yang lain, yang fungsinya untuk
melengkapi pola pikir yang telah kita peroleh dari orang tua.
3. Masyarakat, Dunia lain yang akan dikenal
adalah lingkungan masyarakat sekitar, dengan semakin bertambahnya informasi dan
disatukan dengan apa yang telah kita dapat akan membuat proses pembentukan
pikiran kita menjadi semakin kuat.
4. Sekolah, Sekolah
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran seseorang,
peraturan-peraturan yang diterapkan sekolah maupun perilaku dan sikap guru
dapat memperkaya proses pembentukan pola pikir yang sudah ada.
5. Teman, Berteman
merupakan aktualisasi diri yang pertama dalam kehidupan, karena dalam suatu
pertemanan, kita yang menentukan pilihan akan berteman dengan siapa, tidak ada
larangan dalam menentukan dengan siapa kita akan berteman.
6. Media Massa, Adanya
unsur pengidolaan pada suatu tontonan dapat menimbulkan peniruan-peniruan oleh
seseorang baik itu yang sifatnya negatif maupun yang positif. Contohnya pola
pakaian seorang artis akan ditiru oleh fans nya.
7. Diri sendiri, Inilah faktor penentu dari suatu
pola pikir, baik buruknya suatu pengaruh kitalah yang akan menentukan apakah
kita akan menjadi pribadi yang buruk atau kita akan memilih menjadi pribadi
yang baik.
C. Tahapan Pemikiran Manusia.
Manusia membutuhkan beberapa komponen untuk dapat
berfikir
diantaranya :
1.
Fakta. Manusia membutuhkan fakta
yang akan dijadikan objek berfikirnya.
2.
Indera.Untuk dapat menyerap fakta-fakta yang akan dipikirkan. Seperti
mata untuk dapat melihat, peraba, pendengaran, dan indera yang lainnya.
3.
Otak. Merupakan organ yang berfungsi untuk menterjemahkan setiap fakta
yang diserap.
4.
Informasi sebelumnya. Tanpa informasi manusia tidak
dapat untuk memahami fakta yang sedang dihadapinya.
Menurut Auguste comte (1798-1857), dalam
sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan,
berlangsung tiga tahap:
1.
Tahap teologi atau fiktif
3.
Tahap positif atau ilmiah riel. [5]
Tingkatan berpikir pada manusia:
a.
Berpikir dangkal yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir
yang hanya melihat sesuatu dan membuat kesimpulan tanpa disertai pemahaman.
Pemikiran ini diperoleh dengan cara sekedar mengindera fakta dalam otak tanpa
mengaitkannya dengan informasi sebelumnya.
b.
Berpikir mendalam yaitu upaya berpikir lebih mendalam untuk memahami fakta dan mengaitkannya dengan
informasi. Pemikiran ini dilakukan secara berulang-ulang untuk mencari
informasi yang lebih banyak lagi.
c.
Berpikir cemerlang yaitu berpikir mendalam untuk mengkaji suatu obyek
yang akan diteliti dan mengkaitkannya dengan fakta untuk bisa sampai pada
keseimpulan yang benar.
Daftar pustaka
Sumbawi
Ranu Pandoyo, Ilmu Alamiah Dasar,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1987), 16-17
Darmodjo,
Hendro, 1985 Ilmu Alamiah Dasar, UT,
Purnama, Heri. 1997. Ilmu Alamiah Dasar, PT. Rineka Cipta,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar