Blogger Tips and Tricks

Sabtu, 29 Juni 2013

Islam, Moral dan Kemanusiaan



BAB i
pendahuluan

  1. Latar Belakang
Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Ajaran-ajaran Islam perlu dipahami melalui jalan yang praktis karena fungsi agama ini adalah untuk memberikan solusi-solusi yang terbaik atas segala problema sosial yang ada dalam masyarakat.
Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti dapat kebiasaan atau cara hidup. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam prilaku yang harus dipatuhi (Gunarsa, 1986). Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur prilaku individu dalam hubungannya dengan masyarakat (Shaffer, 1979). Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan buruk. Moral yang membedakan manusia dengan makhluk tuhan yang lainnya dan menempatkan pada posisi yang baik diatas makhluk lain. 
Kemanusiaan menurut KBBI adalah (1) sifat-sifat manusia (2) sebagai manusia. perasaan kita senantiasa mencegah kita melakukan tindakan terkutuk (3) sifat-sifat yang layak bagi manusia pada umumnya.

  1. Rumusan Masalah
·    Apa yang dimaksud islam, moral dan kemanusiaan?
·    Apa hubungan antara islam, moral dan kemanusiaan?
·    Bagaimana moral dan kemausiaan menurut ajaran islam?

  1. Tujuan
·    Mengetahui apa itu islam, moral dan kemanusiaan
·    Mengetahui hubungan islam, moral dan kemanusiaan.



BAB II
PENDAHULUAN
A.        Islam
Secara etimologis (asal-usul kata) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT:
ﺑﻟﻰ ﻤﻥ ﺍﺴﻟﻡ ﻮﺠﻬﻪ ﷲ ﻮﻫﻮﻤﺤﺴﻥ ﻓﻟﻪ ﺍﺠﺮﻩ ﻋﻧﺪ ﺮﺑﻪ ﻮﻻ ﺨﻮﻑ ﻮﻻﻫﻡ ﻴﺤﺯﻧﻮﻦ۝  
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati”[1]
Secara terminologis (istilah / makna) dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Ajaran-ajaran Islam perlu dipahami melalui jalan yang praktis karena fungsi agama ini adalah untuk memberikan solusi-solusi yang terbaik atas segala problema sosial yang ada dalam masyarakat.
Islam sebagai agama moral sudah kaya akan konsep-konsep, baik terkait dengan ketuhanan maupun kemanusiaan, konsep relasi yang sehat secara vertikal dan horizontal, seperti konsep tauhid, keadilan, persamaan, toleransi, sampai yang terkait dengan kebersihan. Konsep-konsep ini diturunkan dan disyariatkan adalah sebagai ajaran moral demi terciptanya relasi yang sakral vertikal antara manusia dengan Tuhannya dan relasi harmonis, dinamis, dan konstruktif fungsional horizontal yang duniawi antara manusia dengan manusia, serta dengan seluruh makhluk di muka bumi ini.
1.      Ruang Lingkup Agama Islam
Secara etimologis kata Islam diturunkan dari akar yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”. Kata ‘Muslim’ (sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata Islām, kata tersebut berarti “orang yang berserah diri kepada Allah” dalam bahasa Indonesia. Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT. Islam memiliki arti “penyerahan”, atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Allah SWT). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”, atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para Nabi dan Rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT.
2.      Sumber Ajaran
Sumber ajaran Islam yang utama adalah Al-Qur’an dan Hadits (As-sunnah). Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610 hingga hingga wafatnya beliau 632 M. Walau Al-Qur’an lebih banyak ditransfer melalui hafalan, namun sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada tulang, batu-batu dan dedaunan. Namun secara umum para ulama menyepakati bahwa versi Al-Qur’an yang ada saat ini, pertama kali dikompilasi pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar antara 650 hingga 656 Masehi. Utsman bin Affan kemudian mengirimkan duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain itu dimusnahkan untuk keseragaman.Versi ini dikenal dengan nama Mazhhab Utsmani.
Muhammad SAW dipercayai sebagai nabi terakhir dalam ajaran Islam dimana mengakui kenabiannya merupakan salah satu syarat untuk dapat disebut sebagai seorang muslim (yang tercantum dalam syahadat). Dalam Islam Muhammad SAW tidak diposisikan sebagai seorang pembawa ajaran baru, melainkan merupakan penutup dari rangkaian nabi-nabi yang diturunkan sebelumnya. Terlepas dari tingginya statusnya sebagai seorang Nabi, Muhammad SAW dalam pandangan Islam adalah seorang manusia biasa. Namun setiap perkataan dan perilaku dalam kehidupannya dipercayai merupakan bentuk ideal dari seorang muslim. Oleh karena itu dalam Islam dikenal istilah Hadits yakni kumpulan perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan Muhammad SAW.
Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam perkataan dimaksud adalah perkataan dari Nabi Muhammad SAW. Namun sering kali kata ini mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan Sunnah sehingga berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sum sumber hukum dibawah Al-Qur’an.
B.  Moral
Secara etimologis moral berasal dari bahasa Belanda moural, yang berarti kesusilaan, budi pekerti. Menurut W.J.S. Poerwadarminta moral berarti "ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan.
Menurut Imanuel Kant[2], Moral adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma/ hukum batiniah kita, yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita. Moral akan tercipta apabila kita mentaati hukum lahiriah bukan lantaran hal itu membawa akibat yang meguntungkan kita atau lantaran takut pada kuasa sang pemberi hukum, melainkan kita sendiri menyadari bahwa hukum itu merupakan kewajiban kita.

Imanuel Kant membagi moral menjadi 2, yaitu:
a.       Moralitas Heteronom yaitu, sikap dimana kewajiban ditaati dan dilaksanakan bukan karena kewajiban, melainkan karena sesuatu berasal dari luar kehendak si pelaku sendiri. Tindakan ini menurut Kant, menghancurkan nilai moral. Tidak ada yang lebih mengerikan dari pada tindakan seseorang yang harus tunduk kepada kehendak orang lain.
b.      Moralitas Otonom yaitu, kesadaran akan manusia akan kewajibannya yang ia taati sebagai sesuatu yang dikehendainya sendiri karena diyakini sebagai baik untuk dilakukan. Prinsip ini merupakan prinsip tertinggi moralitas, sebab berkaitan dengan kebebasan, hal yang sangat hakikidari tindakan mahkluk rasional / manusia.
Menurut Al-Ghazali[3] istilah moral adalah akhlaq. Menurutnya, Akhlak adalah perilaku jiwa, yang dapat dengan mudah melahirkan perbuatan-perbuatan, tanpa memerlukan pemikir-an dan pertimbangan. Apabila perilaku tersebut mengeluarkan beberapa perbuatan baik dan terpuji, baik menurut akal mau-pun tuntunan agama, perilaku tersebut dinamakan akhlak yang baik. Apabila perbuatan yang dikeluarkan itu jelek, maka perilaku tersebut dinamakan akhlak yang jelek.

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya menyebutkan tiga puluh empat hadist yang melandasi ajaran moral ini. Di antaranya adalah: Ketika Rasulullah ditanya oleh Sahabat, "Amal apakah yang paling utama (wahai Rasulullah ), (Nabi menjawab) akhlak yang baik  Wahai Rasulullah, "Iman kaum mukminin yang bagaimanakah yang paling utama itu ?", Rasulullah menjawab, 'Yang paling baik budi pekertinya,

1. Landasan Moral :
a. Allah SWT berfirman :
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS: al-Qalam: 4)
Berbuatlah baik kepada (orang lain) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu. (QS. Al-Qashash: 77) 

b. Nabi Muhammad SAW bersabda : 
Tidaklah aku diutus kecuali hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Bukhari, Ahmad dan Baihaqi).

2.   Islam dan Moral
Islam adalah agama moral yang memiki fungsi sebagai “jalan kebenaran” untuk memperbaiki kehidupan sosial umat manusia. Memahami Islam secara substantif akan menjadi panduan universal dalam tindakan moral. Islam tidak hanya sebatas ritual ibadah saja, tapi perlu juga dimaknai secara lebih luas, yaitu bagaimana usaha kita menjadikan Islam sebagai panduan moral yang murni.
Menurut Kant, Agama adalah pengakuan kewajiban-kewajiban kita sebagai peritah ilahi. Agama adalah pertama-tama dan terutama soal moralitas, dan agamalah yang mengadaikan moralitas. Agar kebaikan moral manusia dengan kebahagiaan sempurna itu berhubungan. Kita harus menerima adanya 3 postulat ini : kebebasan kehendak, immortalitas jiwa, adanya Allah. Kita mesti meyelaraskan diri dengan kehendak dan perintah Allah yang sempurna secara moral itu. 
    
3.      Pesan Moral
Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah“.[4].
Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda: ”sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”. Hadits ini secara tegas menyatakan bahwa Allah mengutus nabi Muhammad SAW adalah untuk menegakkan akhlaq. Dari sini dapat ditarik sebuah pemahaman yang lebih luas bahwa Allah mengutus para nabi dan rasul-Nya tidak lain adalah untuk menegakkan akhlaq atau moral manusia. Untuk memperlancar tugas suci ini Allah memberikan tuntunan melalui wahyu yang kemudian disebut dengan kitab suci. Nabi Muhammad SAW, sebagai nabi terakhir dituntun dan dibantu dengan Al-Quran sebagai panduan yang dalam konteks ini adalah sebagai kitab pokok tuntunan moral, bukan karya ilmiah, bukan juga kitab hukum, tidak juga kitab politik, pun juga bukan kitab ekonomi dan lain sebagainya. Pesan dasarnya adalah bahwa semua kegiatan tersebut harus dilakukan sesuai dengan pesan moral agama yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut.

D.   Kemanusiaan
 Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang paling sempurna dari makhluk – makhluk yang diciptakan oleh Tuhan  Yang Maha Esa. Yang membedakan manusia dengan yang lainya adalah manusia dibekali akal dan pikiran untuk melakukan segala kegiatan. Oleh karena itulah manusia menjadi makhluk yang paling sempurna dari seBmua makhluk cipaanNya. Kata adil memiliki arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran / norma-norma yang obyektif, dan tidak subyektif, sehingga tidak sewenang-wenang.
1. Islam dan Kemanusiaan
Iman (orientasi ketuhanan) harus diikuti dengan amal shaleh (orientasi kemusiaan). Yang disebut kebaikan adalah ketika keimanan dan aksi sosial dilaksanakan sejalan[5]. Maka dimensi keimanan tidak akan ada artinya jika tidak diikuti dengan amal. Jika keimanan terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan, maka amal shaleh adalah hubungan dengan sesama manusia sebagai wujud kongkrit dari keimanan. Islam meletakkan kaidah-kaidah yang akan menjaga hekekat kemanusiaan tersebut dalam hubungan antar individu atau antar kelompok.
Azas-Azas kemanusiaan itu antara lain:
a.   Saling meghormati dan memuliakan
      Islam mengajarkan kepada umatnya untuk saling menghormati sesama umat muslim tanpa memandang jenis suku, warna kulit, bahasa da keturunannya. Bahkan Islam mengajarkan untuk menghormati manusia walaupun telah menjadi mayat.
b.   Menyebarkan kasih sayang
      Ini merupakan eksplorasi dari risalah Islam sebagai ajaran yang utuh, karena dia datang sebagai rahmat untuk seluruh alam. Maka Nabi SAW bersabda: “Tidak akan terlepas kasih sayang kecuali dari orang-orang hina”.
c.   Keadilan
      Dan islam menjadikan berlaku adil kepada musuh sebagai hal yang mendekatkan kepada ketaqwaan (QS.Al-Maidah:8). Keadilan menjadi komponen utama dan keharusan diwaktu aman bahkan dalam keadaan perang sekalipun.  Islam tidak hanya menyuruh berbuat adil, tapi juga mengharamkan kezaliman dan melarangnya dengan keras.
d.   Persamaan
      Persamaan sangat ditekankan khususnya dihadapan hukum. Faktor yag membedakan antara satu orang dengan yang lain adalah taqwa dan amal shaleh, (iman da ilmu). (QS. Al Hujurat:13). Sesama muslim memiliki perlakuan yang sama ,  tak ada perbadaan perlakuan antara muslim yang satu dengan muslim yang lain. Membalas suatu kebaikan dengan kebaikan yang sama atau lebih baik adalah tuntutan setiap masyarakat yang menginginkan hubungan harmonis antar anggota-anggotanya. Firman Allah SWT:
      “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi  dirimu sendiri .......“(QS. Al-Israj:7)
e.   Berlapang dada & toleransi (tasamuh).
      Makna tasamuh adalah sabar menghadapi keyakinan-keyakinan orang lain, pendapat-pendapat mereka dan amal-amal mereka walaupun bertentangan dengan keyakinan dan batil menurut pandangan, dan tidak boleh menyerang dan mencela dengan celaan yang membuat orang tersebut sakit dan tersiksa perasaannya. Azas ini terkandung dalam banyak ayat Al-Qur’an diantaranya,
“Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah, yang menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu. Demikianlah Kami menghiasi untuk setiap umat amalan mereka, lalu Dia mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan”. (QS.Al-An’am: 108).
       f.    Saling tolong menolong.
      Islam tidak sekedar mengesahkan azas ini sebagai azas dalam hubungan antar manusia, tapi lebih jauh lagi Islam menentukan bahwa hamba selamanya bergantung kepada pertolongan Allah SWT, dia mengakui hal ini atau pun tidak mengakuinya. Dan Islam mengaitkan pertolongan ini dengan saling tolong menolong hamba antar mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dan Allah selalu menolong seseorang selama orang tersebut selalu menolong saudaranya”. (HR. Muslim).
        g.  Menepati janji.
      Melanggar janji merupakan satu tanda dari kemunafikan. Nabi SAW bersabda: “Tanda orang munafik itu ada tiga; bila berbicara dia berbohong, bila berjanji dia melanggarnya dan bila diberi amanat dia mengkhianatinya”.(HR. Muslim).

E.        Hubungan Antara Islam, Moral Dan Manusia
Kondisi bangsa Indonesia yang dilanda krisis berkepanjangan membuat orang mengharap “sumbangan riil” dalam segi agama sehingga agama bisa hadir membawa kesejukan ditengah badai krisis yang luar biasa derasnya. Agama harus dapat “dibumikan” dan tidak boleh dibiarkan “mengawang-ngawang” tanpa bisa dijangkau oleh pemeluknya. Karena pada kenyataannya banyak manusia merasa terasing dari kehidupan real yang dihadapi. Problem kemanusiaan seperti ini tentu saja membutuhkan kehadiran agama untuk memberikan jawaban. Dalam konteks inilah kita perlu membumikan pesan-pesan “langit” yang hadir melalui wahyu tersebut. Sebab, agama seharusnya tampil dengan dimensi kemanusiaannya agar agama tidak hanya hadir dalam bentuk ritual-ritual simbolik dan memiliki ketegasan dalam melakukan pembelaan terhadap kemanusiaan. Dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa Islam dihadirkan oleh Allah SWT sebagai pembawa kasih sayang bagi alam semesta.
Kita tentu saja tidak bisa membuat agama berpihak pada manusia tanpa memahami bahwa agama diciptakan untuk manusia, bukan untuk Tuhan. Tuhan tidak butuh pembelaan, penyembahan, bahkan Dia tidak butuh apapun kecuali dirinya sendiri. Manusialah yang membutuhkan agama sebagai jalan keselamatan dan kesejahteraan. Andaikan seluruh rakyat Indonesia maupun seluruh manusia didunia ini ingkar kepada Allah SWT, itu tidak akan membuat kekuasaan-Nya berkurang. Allah SWT tetap maha kuasa dengan atau tanpa penyembahan dari manusia.
Terakhir, mari kita mulai memaknai dimensi kemanusiaan agama dengan memandang realitas secara objektif. Jika kita hendak menolong orang lain, kita tentu saja tidak perlu menayakan apa agama dan keyakinannya. Karena kehadiran Islam, bukan hanya untuk umat Islam saja, melainkan menjadi Agama pembawa kasih sayang bagi semesta.
  
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran – ajaran tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Moral dari bahasa Belanda moural, yang berarti kesusilaan, budi pekerti. Kemanusiaan menurut KBBI adalah (1) sifat-sifat manusia (2) sebagai manusia. perasaan kita senantiasa mencegah kita melakukan tindakan terkutuk (3) sifat-sifat yang layak bagi manusia pada umumnya
Agama harus dapat “dibumikan” dan tidak boleh dibiarkan “mengawang-ngawang” tanpa bisa dijangkau oleh pemeluknya. Fungsi agama adalah untuk memberikan solusi – solusi yang terbaik atas segala problema sosial yang ada dalam masyarakat. Islam sebagai panduan moral yang murni. Dalam islam kita diajarkan untuk berbuat kebajikan kepada sesama umat manusia.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 90 :
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An Nahl. Ayat 90).
Islam adalah agama moral yang memiki fungsi sebagai “jalan kebenaran” untuk memperbaiki kehidupan sosial umat manusia. Memahami Islam secara substantif akan menjadi panduan universal dalam tindakan moral. Islam tidak hanya sebatas ritual ibadah saja, tapi perlu juga dimaknai secara lebih luas, yaitu bagaimana usaha kita menjadikan Islam sebagai panduan moral yang murni.
            Jika keimanan terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan, maka amal shaleh adalah hubungan dengan sesama manusia sebagai wujud kongkrit dari keimanan. Islam meletakkan kaidah-kaidah yang akan menjaga hekekat kemanusiaan tersebut dalam hubungan antar individu atau antar kelompok.

Daftar Pustaka

Al – Maududi, Abdul A’la. 1975. Prinsip – Prinsip Islam. Bandung : PT. Al Ma’arif
LPPSDM BKPRMI. 2000. Menuju Pengertian Islam. Surabaya : LPPSDM BKPRMI
……………………. 2000. Akhlaq. Surabaya : LPPSDM BKPRMI
Hardiwardoyo, Purwa. 1990. Moral dan Masalahny. Yogyakarta : Kanisius
Murad, Khurram,dkk. 1989. Prinsip - Prinsip Pokok Islam. Jakarta : Rajawali Pres.
Muhammad, Thaha. 2003. Intisari ajaran Islam. Bandung : Irsyad Baitus Salam
Tjahjadi, Simon Petrus Lili. 1991. Hukum Moral Ajaran Immanuel Kant Tentang Etika dan Imperatif. Kategoris. Yogyakarta : Kanisius
Held, Virginia. 1991. Etika Moral Pembenaran Tindakan sosial. Jakarta : Erlangga



[1] (Q.S. 2:112).
[2] Tjahjadi. Hukum Moral (1991) 
[3] Dalam kitabnya yang berjudul Ihya Ulumuddin
[4] QS. Al Ahzaab : 21
[5] Q.S Al Baqarah 177

Tidak ada komentar:

Posting Komentar